URGENSI MENDIRIKAN PERGURUAN TINGGI DI KABUPATEN PULAU TALIABU : MENDOBRAK ISOLASI, MENJEMPUT KEMAJUAN
Oleh : Tomikal (Ketua Divisi Kaderisasi Cendekiawan Muda MPW ICMI Maluku Utara)
MALUKU UTARA – Pembangunan perguruan tinggi di Indonesia terlihat masih timpang, terkonsentrasi di pusat-pusat kota dan mengabaikan daerah pinggiran. Kabupaten Pulau Taliabu di wilayah 3T adalah contoh nyata ketimpangan ini. Berdasarkan teori Friedmann (1966), wilayah semacam ini kerap terjebak sebagai “pinggiran” yang hanya menopang “pusat” dengan bahan baku dan tenaga kerja murah, tanpa mendapat kesempatan yang sama untuk mengembangkan modal intelektual dan inovasinya. Keterbatasan akses pendidikan tinggi menjadi salah satu pengunci yang membuat hubungan pusat-pinggiran ini terus berlangsung.
Terjebak dalam Keterpencilan Pulau Taliabu merupakan salah satu kabupaten di provinsi Maluku Utara, yang benar-benar mencerminkan paradoks sumber daya alam yang tidak sejalan dengan kemajuan sumber daya manusia. Secara geografis, Taliabu terletak di kepulauan yang terisolasi dan memiliki harga tinggi untuk transportasi laut. Situasi ini membentuk realitas sosial yang khas. Artinya, masyarakat yang bergantung pada pertanian, perkebunan (kelapa, cokelat, pala, cengkeh) dan sektor perikanan, dengan pola tradisional, kurangnya teknologi, dan rantai pemasaran yang panjang. Laporan BPS (2023) menjelaskan karakteristik daerah yang tidak menguntungkan di Indonesia, di mana isolasi geografis sebanding dengan perlambatan pertumbuhan industri modern.
Di bidang pendidikan, jebakan isolasi ini paling terasa kuat. Untuk mendapatkan pendidikan tinggi, lulusan SMA, SMK sederajat harus berkelana ke Ternate, ambon, Sulawesi, bahkan pulau Jawa. Walaupun saat ini, di Kabupaten Pulau Taliabu telah ada aktifitas perkuliahan, yang dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi dengan Pembelajaran Jarak Jauh. Salah satunya adalah UT. UT bukanlah Universitas Taliabu melaikan Universitas Terbuka. Hal ini mengarah pada dua masalah utama yang saling terkait.
1. Lokasi Terpencil: Kesulitan aksesibilitas jarak dan transportasi merupakan hambatan fisik yang signifikan. Misalnya perjalanan dari taliabu ke Ternate, sebagai kota Pendidikan di maluku Utara yang merupakan bekas Ibu Kota Provinsi maluku Utara, membutuhkan waktu 28 sampai 42 jam.
2. Biaya Pendidikan Tinggi: Biaya kuliah hanyalah sebagian kecil dari beban keuangan. Biaya hidup, akomodasi, dan transportasi pulang pergi yang mahal membuat universitas menjadi kemewahan yang hanya terjangkau untuk sejumlah kecil keluarga.
Dalam konteks ini, pendirian perguruan tinggi di kabupaten Pulau Taliabu bukan hanya sekedar peningkatan jumlah institusi, tetapi juga urgensi strategis untuk memutus rantai keterbelakangan. Kampus bukan hanya sekedar tempat belajar, tetapi juga mercusuar pembangunan, menerangi dan menggerakkan semua aspek kehidupan masyarakat, mulai dari bakat, ekonomi, dan budaya sosial. Tanpa intervensi struktural dari kehadiran pendidikan tinggi di wilayah tersebut, Taliabu berisiko terus jatuh ke dalam siklus rendahnya kualitas SDM, kemiskinan, dan ketergantungan.
Mengapa Perguruan Tinggi menjadi Pilar Penting ?
Pendidikan tinggi adalah sarana paling efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Laporan Pendidikan Indonesia 2023 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa daerah dengan persentase penduduk berpendidikan tinggi memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang lebih baik. Sayangnya, menurut data BPS Maluku Utara (2024), IPM di Kabupaten Pulau Taliabu adalah yang terendah di provinsi maluku utara, jauh di bawah IPM Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan.
Dengan mendirikan Perguruan Tinggi di Kabupaten Pulau Taliabu akan secara langsung membahas inti dari masalah ini.
Kehadiran kampus memungkinkan ratusan lulusan SMA dan SMK untuk melanjutkan studi setiap tahun dengan pilihan yang realistis. Kampus dapat dirancang dengan kurikulum yang kontekstual dengan menawarkan program studi yang butuhkan oleh kondisi kekinian. Lulusan tidak hanya memiliki ijazah tetapi juga memperoleh keterampilan yang tepat yang memungkinkan mereka memanfaatkan potensi alami Pulau Taliabu dengan lebih baik. Apakah itu sebagai profesional, pengusaha, dan pejabat pemerintah daerah. Transformasi struktur ketenagakerjaan akan berubah dari pekerja kasar dan petani tradisional menjadi pekerja terampil, mandiri dan inovatif.
Akses pendidikan yang merata di daerah 3T (daerah terdepan, terluar dan tertinggal)
Komitmen pemerintah pusat terhadap pemerataan pendidikan tinggi diperkuat dengan berbagai kebijakan positif. Salah satunya adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 07 Tahun 2020 tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri, dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta. Walaupun pada Tahun 2016 ada edaran Menristekdikti Nomor : 2/M/SE/IX/2016 tentang Tentang Pendirian Perguruan Tinggi Baru Dan Pembukaan Program Studi yang didalamnya memuat Pendirian perguruan tinggi baru yang menyelenggarakam pendidikan akademik (Universitas/Institut/Sekolah Tinggi) akan dilakukan moratorium sampai batas waktu yang akan ditentukan kemudian. Walaupun demikian dalam edaran tersebut mengecualikan wilayah Papua dan daerah 3T.
Olehnya itu, kesempatan untuk mendirikan Perguruan Tinggi di Kabupaten Pulau Taliabu sangat terbuka dari segi regulasi. Selanjutnya, tinggal sejauh mana kemauan dan dukungan untuk mendirikan perguruan tinggi dari Pemerintah daerah. Keberadaan kampus di Taliabu adalah wujud nyata dari instrumen pemerataan tersebut. Jika demikian, maka biaya kebutuhan kuliah akan menjadi lebih efektif jika kampusnya berada di wilayah mereka sendiri, karena biaya hidup dapat ditekan dan dukungan sosial budaya tetap terjaga. Selain itu, program-program kampus dapat dirancang agar mahasiswa langsung berkontribusi pada proyek-proyek pembangunan desa, UMKM, atau penelitian lapangan di Taliabu.
Dengan demikian, kampus menjadi jembatan yang menghubungkan kebijakan nasional dengan realitas dan kebutuhan paling dasar di daerah terpencil.
Dampak Ekonomi dan Sosial Keberadaan universitas telah menjadi katalis ekonomi bagi daerah sekitarnya. Sebuah studi yang menganalisis dampak kehadiran kampus di daerah pinggiran kota yang diterbitkan dalam Journal of Regional Economics and Development (Sinta 3, 2022) menunjukkan peningkatan penjualan ekonomi mikro yang signifikan. Di Taliabu, efek ini dapat dirasakan dalam beberapa lapisan, diantaranya :
Ekonomi lokal : Kehadiran ratusan mahasiswa, dosen, dan staf pengajar menciptakan permintaan baru akan perumahan (kos-kosan dan persewaan), warung makan, penyewaan komputer, dan layanan transportasi regional. UMKM di bidang memasak dan ritel akan tumbuh untuk melayani masyarakat kampus.
Inovasi berbasis potensi lokal: Kampus dengan laboratorium dan pusat penelitian dapat menjadi mitra strategis bagi petani dan nelayan. Contoh spesifik termasuk meningkatkan nilai penjualan melalui pengembangan teknologi pengolahan pasca panen untuk cokelat, kelapa, cengkeh dan pala, inovasi pengemasan dalam produk kelautan, atau ekowisata yang dirancang secara akademis berdasarkan budaya Taliabu.
Lahirnya wirausahawan muda dan industri kreatif: Melalui kursus kewirausahaan dan pusat inkubasi bisnis, kampus dapat membina generasi wirausaha muda yang tidak hanya akan menjual bahan baku, tetapi juga menciptakan produk olahan, merek lokal, dan memanfaatkan pemasaran digital. Industri kreatif berbasis seni, kerajinan, dan cerita rakyat lokal juga dapat dikembangkan.
Hasilnya, Taliabu tidak hanya menjadi pemasok bahan baku, tetapi juga membangun rantai nilai di daerahnya, yang akan bermuara pada pembukaan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Penguatan Identitas dan Transformasi Sosial
Universitas adalah tempat di mana penalaran kritis, budaya literasi, dan debat publik terbentuk. Kehadiran Perguruan Tinggi di Taliabu akan mendorong perubahan besar dalam masyarakat. Pertama, budaya literasi diperkuat dengan hadirnya perpustakaan dan tradisi akademik.
Kedua, partisipasi warga dalam pembangunan akan lebih bermanfaat. Mahasiswa dan dosen dapat berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, membantu merancang program pemberdayaan, menjadi sukarelawan untuk pendidikan, dan mengawal implementasi kebijakan publik.
Ketiga, dan yang paling penting, penguatan identitas budaya. Kampus dapat membuka program studi dan pusat pembelajaran khusus yang mencatat, mempelajari dan mengembangkan bahasa, adat istiadat, kearifan lokal dan sejarah masyarakat Taliabu. Ini akan menginspirasi kebanggaan lokal sambil menggabungkan pengetahuan modern dengan kearifan lokal untuk mengkontekstualisasikannya. Pola pikir masyarakat akan berubah menjadi lebih kritis, berorientasi, dan aktif merancang masa depannya sendiri, daripada menyerah pada keadaan. Transformasi ini merupakan fondasi bagi pemerintahan dan kehidupan sosial yang lebih demokratis dan partisipatif.
Sebuah Keharusan Strategis dan Rekomendasi Kebijakan Mendirikan perguruan tinggi di Pulau Taliabu merupakan tugas strategis yang tidak bisa lagi ditunda. Ini adalah investasi jangka panjang yang paling mendasar untuk mengubah nasib masyarakat yang mandiri, berpengetahuan, dan kompetitif dari wilayah yang terisolasi. Kampus ini akan menjadi jantung darah segar bagi pengembangan sumber daya manusia, ekonomi, dan budaya sosial Taliabu.
Oleh karena itu, rekomendasi yang diusulkan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau taliabu sekiranya dapat Menyediakan lahan yang strategis dan memadai serta menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) yang mendukung operasional kampus, termasuk percepatan perizinan dan fasilitas pendukung.
2. Bila Pemerintah daerah yang akan mendirikan Perguruan Tinggi, maka Pemerintah Kabupaten Pulau Taliabu sudah harus memulai menyusun naskah akademik dan rencana induk pendirian perguruan tinggi.
3. Kepada Generasi Taliabu, mari bersama-sama menyuarakan aspirasi ini secara konsisten dan cerdas, melalui berbagai ruang aspirasi.
Mendirikan perguruan tinggi di Pulau Taliabu adalah sebuah proyek kebangsaan. Ini adalah pernyataan bahwa Indonesia hadir hingga ke pulau-pulau terdepannya, bukan hanya dengan program bantuan sosial, tetapi dengan investasi paling berharga yaitu ilmu pengetahuan. Di titik perjumpaan laut maluku dan laut banda itu, kelak akan berdiri sebuah mercusuar. Bukan mercusuar untuk kapal-kapal yang hilang di laut, tetapi mercusuar ilmu yang akan menerangi jalan panjang pembangunan Taliabu, mengusir gelapnya keterbelakangan, dan menjadi penuntun bagi generasi-generasi muda menuju masa depan yang mereka cita-citakan sendiri. Saatnya mewujudkan keadilan pendidikan. Saatnya membangun mercusuar ilmu di Kepulauan Taliabu untuk kemajuan negeri Hemungsia Sia Dufu.


